Sejarah pereda rasa sakit atau anestesi adalah sebuah perjalanan panjang dan menarik, dimulai dari penggunaan ramuan herbal sederhana hingga penemuan senyawa kimia modern yang revolusioner. Sebelum abad ke-19, tindakan pembedahan seringkali menjadi pengalaman yang mengerikan dan menyakitkan bagi pasien. Upaya untuk mencari pereda rasa sakit yang efektif telah dilakukan sejak ribuan tahun lalu oleh berbagai peradaban di seluruh dunia.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa bangsa Sumeria dan Babilonia pada sekitar 4000 SM telah menggunakan opium sebagai pereda rasa sakit. Begitu pula dengan bangsa Mesir kuno yang memanfaatkan ekstrak tanaman seperti Hyoscyamus dan Mandragora untuk mengurangi rasa nyeri selama prosedur medis. Di Yunani kuno, sekitar abad ke-5 SM, Hippocrates juga mencatat penggunaan opium dan alkohol sebagai upaya untuk memberikan meredakan rasa sakit pada pasien.
Pada periode Romawi, Dioscorides, seorang ahli farmakologi Yunani, mendeskripsikan sifat anestesi dari Mandragora dan penggunaannya dalam pembedahan. Namun, dosis yang tidak tepat seringkali menimbulkan efek samping yang berbahaya. Selama Abad Pertengahan di Eropa, praktik penggunaan pereda rasa nyeri alami terus berlanjut, meskipun seringkali bercampur dengan praktik magis dan kepercayaan mistis.
Titik balik signifikan dalam sejarah anestesi terjadi pada abad ke-19. Pada tahun 1842, seorang ahli bedah Amerika Serikat bernama Dr. Crawford W. Long pertama kali menggunakan dietil eter sebagai anestesi inhalasi dalam operasi pengangkatan tumor leher. Namun, penemuan penting ini tidak segera dipublikasikan secara luas. Kemudian, pada tanggal 16 Oktober 1846, di Massachusetts General Hospital, Boston, seorang dokter gigi bernama Dr. William T.G. Morton secara publik mendemonstrasikan keberhasilan penggunaan eter untuk anestesi selama operasi pengangkatan tumor rahang oleh ahli bedah Dr. John Collins Warren. Peristiwa ini dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah anestesi modern.
Setelah demonstrasi Morton, penggunaan eter sebagai pereda rasa sakit dalam pembedahan menyebar dengan cepat di seluruh dunia. Penemuan ini merevolusi dunia kedokteran dan memungkinkan dilakukannya berbagai prosedur bedah yang sebelumnya tidak terbayangkan karena rasa sakit yang tak tertahankan. Sejak saat itu, penelitian dan pengembangan berbagai jenis agen anestesi terus berkembang, membawa kita pada pereda rasa sakit modern yang jauh lebih aman dan efektif seperti yang kita kenal saat ini. Perjalanan panjang pereda rasa sakit ini adalah bukti dari upaya manusia yang tak pernah berhenti untuk meringankan penderitaan sesamanya.